Mengeja Huruf Menjadi Kata
Sewaktu masih kelas 3 SD, saya sempat membuka taman baca kecil-kecilan di teras rumah. Ada satu lemari kecil berisi beragam buku mulai dari cerita rakyat, komik hingga majalah anak. Buku boleh di bawa pulang, dengan membayar lima rupiah untuk seminggu waktu baca. Saya sangat senang bila teras rumah penuh dengan teman-teman. Sehabis membaca, permainan yang saya suka adalah sekolah-sekolahan. Saya menjadi guru dan teman-teman saya menjadi murid. Saya akan mengikuti gaya guru favorit saya jaman SD dan memberikan beberapa pertanyaan kepada teman-teman saya.
“Bagaimana cerita tentang timun mas” Tanya saya. Kemudian riuh suara teman-teman saya menjawab.
Dua puluh lima tahun lebih waktu berselang. Saya menemukan cerita masa kecil saya pada sosok anak kelas 2 SMP yang mengagumkan. Di Desa Langkumo, Kecamatan Mawasangka Tengah, Buton. Jauh sekali dari kota masa kecil saya. Dari kota Bau-Bau, saya naik kapal ferry kemudian diteruskan naik mobil, sekitar 3 jam kami baru sampai desa ini.
“Siska Marina”, begitu dia menyebut namanya.
Pintar dan ramah, begitu kesan saya padanya. Beberapa pertanyaan yang saya dan teman-teman ajukan padanya begitu runut dijawab. Kami diajak ke sebuah tempat yang biasa untuk Posyandu, tapi di siang hari berubah menjadi perpustakaan dengan 63 buku yang tersimpan di rak. Ada buku yang berukuran besar dengan penjelasan dan gambar biota laut. Ada juga buku mengenai kehidupan masyarakat pesisir lengkap dengan gambarnya. Buku yang lain mengenai petunjuk terhadap bencana tsunami. Saya tidak menemukan buku cerita seperti jaman saya SD dulu. Ketika teman saya bertanya pada anak kelas 2 SD yang sedang ada di perpustakaan.
“Buku apa yang ingin kamu baca?”
“Putri duyung…” matanya mengerjap dan senyumnya melebar.
Sejenak kami berpandangan, harapan sederhana pada seorang bocah.
Di desa ini, banyak sekali para lelaki merantau. Lahan tandus dan tak ada pekerjaan membuat mereka pergi. Ayah Siska salah satunya. Cita-cita untuk menyekolahkan anak sampai Universitas menjadi alasan untuk merantau. Siska peduli terhadap situasi desanya. Langkah yang dilakukan Siska sederhana, ada tempat, ada buku, kemudian dia undang anak-anak kecil yang sudah masuk SD, usia TK untuk diajak membaca. Bagi anak yang belum bisa baca, Siska mengajarinya membaca. Mengeja huruf, suku kata dan berbunyilah kata.
* Siska Marina dengan buku koleksi yang ada di perpustakaan ini
Di desa ini…
Melangkah untuk gemar membaca sejak kecil...
wah, dah menulis komentar panjang, malah hilang akibat akses internet yang melambat..
BalasHapusSukses selalu Siska Marina...
Makasih sharingnya Mbak Janti..
Sayang banget gak bisa baca komen panjangnya. Terimakasih Mas Odi sudah mampir...
BalasHapus